'Si Pelantun Misterius'
Lantunan ayat suci Al-Qur’an telah ku dengar
kembali. Ya, lantunan ayat suci yang berasal dari suara yang keluar dari kerongkongan seseorang yang pernah ku kenal, bahkan masih ku kenali. Surat Al-‘Ashr, “Demi
Masa”, surat yang dilantunkannya dengan gaya murottal yang khas, yang entah
kenapa sangat mudah ku kenali. Mengingatkan ku saat dulu, saat pertama kali aku
datang disekolah ini. Ya, saat pertama kali aku mengenal apa artinya HIDUP.
Saat awal-awal aku mengenal serius ISLAM. “Indahnya
bukan?”, itulah pertanyaan yang kulontarkan terhadap diriku sekarang. “Kenapa bukan dari dulu hal ini ku alami?!”,
entahlah mungkin ada hikmah yang ingin Pencipta-ku sampaikan, hingga akhirnya
aku mulai merasakannya saat ini.
Dia, salah satu motivator, seorang kakak kelas,
yang pernah pula ku kagumi, bahkan mungkin kini masih aku mengaguminya. Entah
apa yang menjadi bibit dari rasa ini, yang jelas yang kutahu saat itu ialah,
ketika tubuh ku terkujur lemas, kepala ku pusing pening, tubuhku dingin mencekam,
dan mataku terasa ingin tertutup, telinga ini tiba-tiba mendengar suaranya yang
melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Lengkap dengan busana layaknya seorang
ustad, ia melantunkan ayat-ayat Allah SWT dengan begitu indahnya. Sekejap tubuh
ini menggigil, mata ini melotot, telinga ini berusaha untuk terus hidup dan
mendengar, hatipun tersontak. “Subhanallah,
siapa gerangan yang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an seindah ini?”.
Tak terasa, air ketulusan pun menetes dari mata
ini, disapu oleh sang kelopak yang terus berusaha membuka, entah apa yang
menjadi alasan. Suara ini, lantunan ini, sungguh membuat hati ini tenang namun
merinding, membuat diri memaksakan segala organnya untuk tetap bertahan dan
mendengarkannya hingga tamat. Mata terus berusaha mencari sosok pelantun itu,
namun tubuh tetap tak bisa diajak kompromi. Karena jarak pun, lokasi dudukku
dengan panggung itu cukup lumayan terhalangi berpuluh-puluh jiwa, akhirnya ku
putuskan hanya mendengar dengan seksama di lokasi duduk ku sekarang. Tetap ku
dengar dengan baik lantunan ayat-ayat itu, tak terasa mataku mulai menutup
membuat sanubari dapat merasakan maknanya lebih dalam, lebih tenang.
“Sodaqallahu ‘aziim..”, itulah kalimat yang
menutupi semua lantunannya tadi. “Ya
Allah, siapakah gerangan itu?”. Penasaran pun terus tumbuh, berkembang biak
dan bergejolak didalam sanubari. Lamunanku pun kabur saat tiba-tiba sahabatku
datang menyapaku dan menanyakan kabarku. Ku tersenyum lalu memberitahunya bahwa
aku masih kuat dan baik-baik saja. Tiba-tiba, sepintas ku memikirkan suatu hal
yang menarik. “Teh, yang tadi baca
Al-Qur’an tuh siapa? Kenal gak?”, mengingat bahwa sahabatku ini masih tergabung
dalam kepanitiaan acara ini yang otomatis lebih paham akan seluk beluk bahkan
busuknya acara ini dan mungkin mengenal ‘Si Pelantun Misterius’ itu. “Itu kan, ‘Si
Pelantun Misterius’ kalo gak salah mah, masa sih kamu gak kenal? Eh bukannya
dia kakak kelasmu saat SMP?!”. Raut muka bingung menjadi jawabanku kepada
sahabatku. Walau hati tetap merasa sedikit kegembiraan karena Allah SWT masih mengizinkanku
dapat mengenal siapa sosok ‘Si Pelantun Misterius’ itu, Alhamdulillah. -dsr-
Komentar
Posting Komentar